Perdana Menteri Turki, mengatakan negaranya tidak akan tinggal diam jika Israel melancarkan serangan ke Gaza atau Lebanon.
Erdogan membuat komentar ini pada konferensi di ibukota Lebanon, Kamis (25/11/10) saat hubungan Turki dan Israel berada dalam level terendah sepanjang sejarah.
"Apakah (Israel) mengira dapat begitu saja masuk Lebanon dengan pesawat tempur canggihnya serta tank untuk membunuh perempuan dan anak-anak, merusak sekola dan rumah sakit kemudian mengharapkan kita hanya diam saja?" ujarnya saat bertemu dengan Saad al-Hariri.
"Apakah mereka berpikir dengan menggunakan senjata modern, amunisi fosfor dan bom cluster untuk membunuh anak-anak di Gaza dan kemudian mengharapkan kita diam saja?"
"Kami tidak akan diam dan kami akan mendukung keadilan dengan segala cara yang tersedia."
Hubungan tegang
Hubungan kedua negara ini menegang saat Turki mengecam agresi militer Israel terhadap Gaza di awal tahun 2009.
Kemudian Israel memperburuknya dengan menyerang kapal bantuan Mavi Marmara yang mencoba memasuki Gaza. Dalam serangan tersebut beberapa relawan asal Turki tewas.
Erdogan mengatakan tidak akan memulai memulihkan hubungan dengan Israel jika mereka tidak meminta maaf atas serangan biadabnya terhadap kapal tersebut
Senin, 22/11/2010 12:13 WIB Laksamana Mike Mullen, Kepala Staf militer Amerika menyatakan bahwa Al-Qaidah di Semenanjung Arab telah menjadi ancaman serius bagi Amerika Serikat dan mereka telah menjadi lebih berbahaya daripada dua tahun yang lalu.
Mullen mengatakan hal tersebut dalam sebuah wawancara dengan jaringan televisi AS CNN, menambahkan bahwa "sayap jaringan gerakan Al-Qaidah ini semakin mematikan dan saya sangat percaya apa yang mereka katakan," katanya menegaskan, mengacu pada ancaman Al-Qaidah di semenanjung Arab yang akan melancarkan serangan mematikan di Barat, dan akan membuat barat "berdarah sampai mati" seperti yang mereka katakan.
Sebelumnya dilaporkan bahwa Al-Qaidah di Semenanjung Arab (AQAP) mengklaim bertanggungjawab atas paket bom yang di pesawat kargo yang menuju Amerika Serikat dan paket bom tersebut dapat 'dilumpuhkan' oleh pejabat keamanan di bandara Dubai dan Inggris.
AQAP mengklaim bahwa bom paket di pesawat kargo tersebut merupakan bagian dari "Operasi Pendarahan" yang mereka rencakan untuk menyerang barat.
Senin, 22/11/2010 Cabang Al-Qaidah yang berbasis di Yaman telah bersumpah untuk melanjutkan serangan terhadap Barat seperti insiden paket bom bulan di pesawat kargo beberapa waktu yang lalu, dalam sebuah "strategi seribu potongan" yang akan membuat musuh "berdarah sampai mati", lapor sebuah kelompok pemantau gerakan Al-Qaidah.
Al-Qaidah di Semenanjung Arab (AQAP) mengatakan paket bom beberapa waktu lalu itu diletakkan di atas pesawat kargo menuju Amerika Serikat pada akhir Oktober namun tidak pernah dimaksudkan untuk menyebabkan korban massal, dan hanya bertujuan untuk menciptakan kerusakan ekonomi secara maksimum.
Kelompok itu mengatakan paket, yang disadap oleh para pejabat keamanan di Dubai dan Inggris, adalah bagian dari "Operasi Perdarahan" sebuah rencana yang harganya hanya 4.200 dolar saja.
Mereka menyatakan saat ini fokus serangan kecil namun berdampak serangan massal dengan korban skala besar seperti yang di New York dan Washington pada bulan September 2001.
"Untuk menjatuhkan Amerika kita tidak perlu untuk melakukan serangan yang besar," kata jaringan Al-Qaidah ini, di sebuah majalah berbahasa Inggris bernama Inspire yang dipantau Sabtu lalu oleh IntelCenter berbasis di AS.
"Dalam lingkungan yang fobia terhadap kondisi keamanan yang melanda Amerika, sangat layak untuk melancarkan serangan yang lebih kecil yang melibatkan pemain yang sedikit dengan waktu yang juga tidak banyak untuk memulainya dan dengan demikian kita dapat menghindari hambatan keamanan Amerika yang bekerja sangat keras untuk mencegah adanya serangan.
"Strategi menyerang musuh dengan operasi yang lebih kecil, tetapi lebih banyak secara frekuensi adalah apa yang beberapa orang mungkin menyebutnya sebagai strategi dari seribu potongan. Tujuannya adalah untuk membuat musuh berdarah sampai mati."
Rincian dari majalah AQAP menyatakan bahwa total biaya serangan hanya 4.200 dolar untuk Operasi Perdarahan, menambahkan bahwa hal itu hanya butuh waktu tiga bulan dalam perencanaan dan pelaksanaannya.
"Di sisi lain dari rencana ini ... Amerika dan negara-negara Barat lainnya akan tanpu ragu mengeluarkan miliaran dolar dalam langkah-langkah keamanan baru. Ini adalah apa yang kami sebut sebagai pencungkilan.
"Dari awal tujuan kami adalah ekonomi ... Hal itu ditetapkan bahwa keberhasilan operasi harus didasarkan pada dua faktor: Yang pertama adalah bahwa paket bom melewati peralatan keamanan terbaru.
"Yang kedua, penyebaran rasa takut yang akan menyebabkan Barat berinvestasi miliaran dolar dalam prosedur keamanan baru.
"Kami akan melanjutkan dengan operasi serupa dan kami tidak keberatan sama sekali dalam tahap ini jika mereka berusaha encegahnya. Ini adalah suatu tawaran yang bagus bagi kami untuk menyebarkan ketakutan di antara musuh kami. "
Majalah ini mengatakan AQAP bermaksud untuk menyampaikan kepada kelompok Islam Jihadis lainnya di seluruh dunia, untuk mendorong mereka untuk melakukan operasi serupa.
Hari Selasa lalu, 16 November 2010, jutaan ummat Islam di seluruh dunia melaksanakan shalat Iedul Adha. Tidak ketinggalan para keluarga Muslim yang berdomisili di Newcastle upon Tyne. Mereka berbondong-bondong menuju lokasi pelaksanaan shalat Iedul Adha. alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5540766285967003474" /> Foto 2: Khatib sedang berkhutbah (Doc. Ritzal405)
Salah satu lokasi yang dituju adalah Eldon Square Sport Center, sebuah ruangan besar ditengah pusat perbelanjaan Eldon Square di pusat kota Newcastle. Tidak kurang dari 1000-an orang jamaah memadati ruangan yang disediakan. Bahkan beberapa diantaranya terpaksa bergerombol di pintu masuk karena seluruh ruangan sudah penuh. Foto 3: Bersalam-salaman selesai shalat (Doc. Ritzal405) Penyelenggara shalat adalah para pengurus ISOC-NU (Islamic Society-Newcastle University) yang bermarkas di Masjid Kampus Newcastle University. Tampil sebagai Khatib sekaligus Imam adalah Muhammad Sani Mukarfi, seorang mahasiswa PhD Newcastle University asal Nigeria. Dalam potongan khotbahnya, khatib menghimbau agar kaum muslimin meneladani kepatuhan keluarga Ibrahim kepada perintah Allah. alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5540772441689676482" /> Foto 4: Makanan ringan untuk jamaah (Doc. Ritzal405) Salah satu daya tarik dari jamaah shalat di Eldon Square ini adalah berbaurnya kaum muslimin dari berbagai suku bangsa sebagai satu kesatuan jamaah. Khatib pun dalam khotbahnya ikut menyinggung hal ini dengan mengutip sebuah ayat dari Al-Quran, Surat Al-Hujurat ayat 13 yang menyatakan bahwa manusia diciptakan dalam berbagai suku bangsa, tujuannya adalah untuk supaya saling mengenal satu sama lain. Foto 5: Sebagian warga Indonesia di Newcastle (Doc. Ritzal405) Selesai shalat dan bersalam-salaman, seperti biasa, para jamaah dipersilahkan untuk mencicipi sedikit makanan dan minuman ringan yang telah disediakan. Para jamaahpun kemudian duduk bergerombol dan saling bercengkerama sambil menikmati sajian tersebut. Kesempatan itu juga dimanfaatkan oleh sebagian jamaah untuk saling berkunjung, berfoto bersama atau sekedar menyapa. Jamaah asal Indonesia termasuk salah satu kelompok dengan jumlah anggota terbanyak dan paling hobby berfoto bersama. Foto 6: Penulis berfoto bersama rombongan asal Nigeria (Doc. Ritzal405) Tidak seperti di Indonesia, di sini pemotongan hewan kurban dilakukan oleh lembaga atau orang yang telah mengantongi ijin untuk itu. Biasanya jika ada yang hendak berkurban, cukup pesan dan bayar ke toko daging halal. Nanti Mereka yang akan memotong dan pe-kurban tinggal mengambil daging yang sudah dipotong-potong siap untuk dibagikan. (Ritzal405).
Berita ini ditulis oleh Yosritzal, Ketua KIBAR (Keluarga Islam Indonesia di Britania Raya), Dosen Teknik Sipil Universitas Andalas yang saat ini sedang menempuh studi S3 di Newcastle University.
Sebuah laporan yang dikeluarkan oleh situs Sat Age - yang mengkhususkan diri dalam pemantauan terhadap pergerakan satelit di seluruh dunia dan saluran televisi - menyatakan bahwa kehadiran enam saluran televisi keagamaan Iran yang disiarkan ke negara-negara Arab berasal dari Israel dan menambahkan bahwa enam saluran televisi satelit tersebut berada di belakang salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar Yahudi.
Surat kabar Al Ahram Mesir menyebut ke enam saluran itu, yaitu: Alul-Bayt, Al-Anwar, Fadak, Hussain, Al-Alamiyah, Al-Ghadie, berada di bawah program AMOS Israel, melalui perusahaan RR Sat Israel, dan memakai kedok bukan saluran keagamaan Syi'ah serta berpura-pura bukan untuk mempropagandakan visi Iran agar bisa meyakinkan publik Arab dan diterima dikalangan masyarakat Sunni Arab.
RR Sat adalah sebuah perusahaan telekomunikasi khusus Israel yang dimiliki oleh pengusaha Yahudi David Rive, dan didirikan pada tahun 1981 di bawah lisensi dari kementerian komunikasi Israel dan sejak Januari 2002 telah memberikan layanan perdagangan melalui satelit untuk radio dan televisi serta serat optik dan internet.
Dan yang mengepalai manajemen perusahaan sejak April 2001 adalah Ramot Gilead, salah seorang petinggi militer di Pasukan Pertahanan Udara pendudukan Israel.
Menurut surat kabar Al-Ahram, saluran keagamaan Syi'ah ini berusaha memberikan 'penyadaran' bahwa keberadaan Al-Quran yang asli dan benar ada di Persia sedangkan Al-Quran yang beredar saat ini diseluruh dunia yang telah berusia 1400 tahun dan yang ada di tangan kaum muslimin Sunni adalah Al-Quran yang salah.
Saluran ini juga bekerja untuk menciptakan pikiran agar masyarakat Arab menerima doktrin Syiah dalam rangka seperti apa yang Khomeini serukan pada awal revolusi Iran sekitar tiga puluh tahun lalu sebelum akhirnya revolusi Syi'ah itu dieskpor Khomeini ke seluruh bagian dunia.
Al-Ahram juga menunjukkan bahwa apa yang terjadi ini dapat menghubungkan adanya kaitan antara Iran dan Israel dalam ruang media.(fq/imo)